Jumat, 10 Januari 2014

Nico dan Kacang Tore


Rismawati Kama (Nico)

Rasa penasaran untuk mengenalnya sudah tidak terbendung. Setiap hari, dia dengan setia mengunjungi kami di kantor, sembari menebar senyum optimisnya. Akhirnya kuputuskan untuk mengajaknya berbincang  guna mengenal dia lebih dekat. Nico, itulah nama ibu paruh baya ini. Penjual kacang tore (kacang goreng dengan kulitnya, kalau di Jawa disebut kacang tayamun) dari desa Uidu Kecamatan Limboto Barat. Menjual kacang sudah dilakoninya sejak 5 tahun silam. Suaminya yang menjadi buruh tani tidak mampu mencukupi biaya hidup keluarga, inliah yang membuat Nico harus mencari kerjaan yang  untuk menambah pendapat keluarga.

Nico,  nama sebenarnya adalah Rismawati Kama, memiliki seorang anak yang sudah kelas 3 SD. Dengan hasil usaha kacang torenya, dia bisa membiayai kebutuhan sekolah anaknya dan kebutuhan rumah tangganya. Setiap hari Nico menempuh perjalan 18 km untuk menjajakan kacang torenya. Dengan menenteng tas ganevo, Nico keluar masuk rumah dan kantor-kantor untuk menjajakan jualannya. Sehari, Nico bisa menjual kacang tore sebanyak 10 liter dengan harga Rp. 150.000,-. Dari hasil penjualan tersebut Nico bisa menyisihkan keuntungan bersih sekitar Rp. 70.000,- setelah dikurangi dengan biaya angkot dan bentor. Apakah itu cukup ?? Nico, menjawab dengan senyum. “Alhamdulillah.. saya harus mensyukurinya Pak, karena itu rezki pemberian dari Tuhan”.

Apakah Nico sudah pernah mendapat bantuan dari PNPM atau dari program lain ??. “Secara langsung belum Pak, saya hanya melanjutkan pinjaman Ibu saya yang tidak maupu dia bayar, sebesar 2 juta rupiah”. Mengapa Nico tidak bergabung saja dengan kelompok SPKP (simpan pinjam khusus perempuan) di desanya ??? “Saya tidak tau Pak, bagaimana caranya bergabung dengan kelompok itu”. Jawaban-jawaban Nico, seperti menampar muka saya. Sejumlah pertanyaan mengusik benak saya. Apa yang dikerjakan Fasilitator PNPM-MP di lapangan ?,  sehingga Nico tidak terlihat dari mata hati mereka. 

Mungkin Nico adalah salah satu dari sekian banyak orang-orang kecil yang tidak kita pedulikan. Orang-orang yang layak mendapatkan dukungan dan bantuan dari kita, tapi faktanya; mereka berjuang sendiri mengarungi hidup yang keras. SUNGGUH, INI SEBUAH IRONI !!!.

(Gorontalo, 10 Januari 2014)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar