Mungkin benar, apa yang dikatakan Sudjiwo Tedjo. “Kamu bisa merencanakan menikah dengan
siapa, tapi tidak bisa rencanakan cintamu untuk siapa. Menikah itu nasip,
mencintai itu takdir”. Dan kira-kira itulah situasi yang dialamai oleh Roy,
peria paruh baya yang merantau meninggalkan anak dan istrinya, demi sebuah
tugas dan tanggung jawab. Di perantauan Roy bertemu dengan seorang gadis
dewasa, yang pernah dikenalnya secara sepintas 10 tahun lalu. Keduanya pun
membangun hubungan pertemanan yang akrab, karena keduanya memang berasal dari
daerah yang sama. Awalnya, pertemanan biasa-biasa saja, kemudian meningkat
menjadi hubungan yang rumit. Pemicunya sederhana, ketika si gadis mengalami
sakit sedinri di rumahnya, Roy sebagai teman mengambil inisiatif untuk
mengurusnya. Selama beberapa hari Roy membatu gadis temannya itu, tiba-tiba
muncul persaan aneh, yang awalnya hanya rasa peduli dan simpati biasa,
berkembang menjadi benih cinta. Roy “jatuh cinta”.
Setelah sebulan Roy memendam cintanya, akhirnya disampaikan
juga kepada si gadis. Bagi Roy, ini bukanlah hal mudah, mengungkapkan rasa
cinta kepada seseorang yang sudah dianggapnya sebagai adik sendiri. Lagi pula,
Roy tahu persis kalau si gadis telah memiliki pacar di kampung halamannya.
Sementara itu, Roy juga menyadari kalau dirinya adalah pria beristri yang harus
bertanggung jawab kepada keluarganya. Dengan dasar itulah, Roy mulai mengatur
jarak dengan si gadis. Roy ingin melawan takdir cintanya dengan menjauh dari si
gadis. Harapannya, benih cinta itu tidak tumbuh menjadi petaka bagi si gadis
dan keluarganya.
Beberapa hari Roy mencoba menjauh dan bersikap wajar kepada
si gadis. Namun, upaya Roy ternyata gagal. Si gadis kecewa dan tidak bisa
menerima perubahan sikap Roy. Sebagai teman “curhat”, si gadis merasa
kehilangan kakak yang selalu mendengarkan keluh kesahnya, dan membesarkan
hatinya jika sedang lara.
Akhirnya Roy kembali seperti semula, menjalani hidup yang
akrab dengan si gadis. Meski tersiksa, Roy tidak ingin mengecewakan si gadis
yang sudah dianggapnya sebagai adik sendiri. Roy hanya berharap, semoga takdir
cinta yang tumbuh tidak mekar menjadi petaka.