Setelah tertunda beberapa kali, akhirnya Gowes To Pohuwato
terlaksana juga. Sabtu sore (13/12/2014) rombongan Makassar Gorontalo Gowes
Club (MG2C) berangkat menuju Marisa, ibukota kabupaten Pohowato. Robongan MG2C
yang berjumlah sekitar 50 orang tiba di Marisa jam 19.00, kemudian dilanjutkan
dengan ramah-tamah dengan warga KKSS di Bele Nusantara yang merupakan
skretariat BPD KKSS Pohuwato. Acara rama tamah berlangsung hingga jam 23.00.
Minggu pagi, jam 06.00, seluruh peserta gowes sudah
berkumpul di depan hotel Grand Permai Marisa, tempat sebagian peserta menginap.
Jam 06,15 peserta gowes bergerak menuju Bele Nusantara untuk sarapan pagi dan
senam pemanasan sebelum gowes. Setianya di Bele Nusantara, ibu-ibu dari KKSS
Pohuwato sudah siap dengan hidangan bubur kacang ijo dan bubur ikan ala Marisa.
Setelah sarapan, peserta gowes melakukan senam pelemasan otot dan pemanasan.
Sebelum peserta memulai perjalanan, Ketua KKSS Provinsi Gorontalo, H. Janenal
Mappe memberikan arahan tentang rute yang akan ditempuh, dan mengingatkan kepda
peserta untuk tertib di jalan agar tidak mengganggu pengguna jalan lainnya.
Tepat jam 07.00, rombongan MG2C bergerak perlahan menuju
arah pantai Marisa dengan dipandu oleh Satuan Pengawal Polres Pohuwato.
Perjalanan yang akan menempuh jarak kurang lebih 50 km menuju Wanggarasi, aka
n
melewati Buntulia dan Randangan. Etape awal ini hanya melewati jalan-jalan
dalam kota Marisa. Dari Bele Nusantara, rombongan menuju jalan Kelapa Dua
kemudian berbelok ke kirim memasuki area perkantoran yang disebut Block Plan.
Dari sini, iring-iringan menuju Pasar Tua, dimana tempat berdumisilinya
sebagian besar warga KKSS Pohuwato.
Setelah berkeliling kota, rombongan tour MG2C melanjutkan
perjalanan menuju Buntulia. Mobil Patwal dengan sirinenya berada paling depan
dan diikuti oleh peserta gowes. Sepuluh kilo meter pertama ditempuh hanya
dengan waktu 20 menit. Melawati jalan datar dan dikiri kanan terhapar
persawahan yang menghijau, menjadikan perjalan begitu mengasyikkan. Keceriaan
peserta gowes terlihat dari senyun dan canda mereka. H. Tuti, yang memutar
musik dangdut di sepedanya menambah semangat peserta gowes. Lagu “Bang Jali”
dan “Sakinya tu di sini” pengiringi peserta gowes hingga mencapai tanjakan
pertama menuju Puncak Buntulia. Tanjakan yang panjangnya sekitar 2 km dengan
kemiringan yang cukup terjal membuat sebagian bikers merasa shock dan terlihat
kelelahan. Beberapa bikers tidak bisa mencapai puncak karena kehabisan tenaga,
dan terpaksa diangkut dengan mobil operasional MG2C. Ririn, satu satunya peserta
perempuan, adalah orang pertama yang harus keluar dari arena. Selain kelelahan,
sepeda Ririn juga bermasalah ban depannya. Selain Ririn, sudah ada 4 sepeda di
atas mobil.
Kami tiba di puncak pendakian Buntulia, kurang 5 menit jam
08.00. “Ini rute neraka” kata salah seorang peserta sambil memarkir sepedanya
dan mencari tempat untuk beristirahat. Agak lama waktu digunakan untuk
istirahat di tempat ini. Beberapa bikers terlihat sangat kelelahan, dan mulai
melirik mobil operasional MG2C untuk menaikkan sepedanya di mobil tersebut.
Saya juga sudah mulai tergoda untuk tidak melanjutkan perjalanan. Kami baru
menyelesaikan 15 km dari sekitar 53 km yang harus ditempuh, sungguh jarak yang
sangat jauh untuk kalangan pemula. Tapi karena Bapak Kombes Polisi Drs. H
Kamaruddin (Komandan Satuan Berimob Polda Gorontalo) bersama Ketua KKSS
menantang kita semua untuk menyelesaikan perjalanan maka saya pun bangkit
meraih sepeda dan melanjutkan perjalanan menuju Desa Dudepo.
Jam 8,30 kami melanjutkan perjalanan menurun sepanjang satu
kilometer dengan tikungan yang cukup tajam. Masih dua tanjakan sebelum mencapai
Pos II di Desa Dudepo. Dua tanjakan Ini cukup menguras tenaga, dan membuat rombongan
tercerai berai. Sekitar 10 bikers tiba lebih awal di puncak pendakian keempat,
kemudian menyusul satu satu dengan jarak sekitar 5 menit.
Di Pos II ini rombongan MG2C disuguhi semangka segar oleh
warga setempat. Sambil menikmati semangka, sebagian peserta menyempatkan diri
mengurut paha dan betis yang mulai keram.
Sekitar 20 menit waktu yang dihabiskan untuk istirahat di tempat ini.
Dari Pos II Dudepo, perjalanan dilanjutkan menuju Randangan.
Jarak yang tersisa masih 25 km hingga garis finis di kawasan pertambakan di
Wanggarasi. Beberapa bikers sudah terlihat sangat kelelahan. Ketua BPW KKSS
Provinsi Gorontalo H. Jaenal Mappe, terus memberi semangat agar romobongan MG2C
dapat menyelesaikan rute “neraka” ini. Saya dan beberapa teman sengaja meluncur
lebih dulu agar kelak tidak tertinggal jauh dari para bikers jawara yang
memiliki kecepatan tinggi. Masih tersisa tiga perbukitan sebelum sampai di
Randangan, sementara matahari semakin terik seakan membakar kulit.
Sekitar tujuh kilometer sebelum memasuki Randangan, Kok
Anton mengalami masalah dengan sepedanya. Ratainya putus. Ini memaksa Tim
Mekanik yang menyertai kami harus mengangkat sepeda Kok Anton naik ke mobil.
Tapi Kok Anton menolak naik mobil. Untuknya
sudah ada 4 sepeda yang nganggur di mobil operasional MG2C, maka salah
satu dari sepeda itu diturunkan untuk dipakai Kok Anton melanjutkan perjalanan hingga
Randangan. Kami tiba di Randangan (Pos III) jam 10,15.
Di rumahan salah seorang warga KKSS Randangan, kami disuguhi
esteler dan berbagai penganan ringan. Rasa dahaga betul-betul terobati.
Beberapa warga KKSS menyempatkan diri bersilaturahmi dengan Ketua BPW KKSS, H.
Jaenal Mappe dan Kombes Polisi H. Kamaruddin (Dansat BRIMOB Polda Gorontalo).
Canda dan tawa lepas bersama dahaga warga KKSS karena dapat bersilaturahmi
dengan saudara-saudara yang lama tidak jumpa. Setelah istirahat sekitar 30
menit, dan tenaga sudah kembali pulih, maka perjalanan dilanjutkan
menuju Wanggarasi.
Jarak tempuh yang masih tersisa sekitar 13 km. Jika rute
normal dan tenaga masih maksimal, jarak ini hanya akan ditempuh sekitar 30
menit. Tapi karena masih ada tiga tanjakan yang cukup berat, dan angin kencang
menerpa dari arah pantai sangat menguras tenaga, danbikers tidak bisa memacu
sepedanya dengan cepat. Ditamba terik mata hari yang sudah di atas kepala dan
hawa panas aspal dari bawah, menjadi rute ini betul-betul seperti neraka.
Lima kilo meter setelah
meninggalkan Randangan, sudah setengah dari jumlah robongan gowes harus naik
mobil, mereka sudah tidak dapat
melanjutkan perjalanan. Hawa panas dan angin kencang memaksa mereka untuk
meninggalkan sepedanya. Pada jarak 5 km sebelum garis finish, Bapak Dansat
Brimob, H. Kamaruddin terlihat mengalami masalah. Paha dan betisnya keram. Tim
Teknisi sudah menawari beliau agar tidak melanjutkan perjalanan, tapi karena
semangat akhirnya beliau tetap melanjutkan perjalanan hingga garis finish. Pada
kilometer yang sama, terlihat dua orang bikers terkapar dipinggir jalan.
Ternyata mereka adalah Muhammad yunus Kaseng dan Masbul Mustafa. Kedua bikers
tangguh ini harus menyerah karena kedua betisnya mengalami cedera dan kram.
Balsem anti kram sudah dioleskan ke betis dan paha keduanya, namun rasa sakit
tetap ada. Akhirnya keduanya harus di bimbing manaiki mobil bus Brimob Polda
Gorontalo.
Rombongan Gowes MG2C
akhirnya finish di kawasan pertambakan Wanggarasi, 53 km dari Kota Marisa, jam
11,45. Hanya belasan peserta gowes yang mencapai garis finis bersama sepedanya,
diantaranya; H. Jaenal Mappe (Ketua BPW KKSS), H. Kamaruddin (Dansat Brimob dan
Pembina KKSS), Asman Siregar (ketua MG2C), Jasman Muhammad (Sek Wil BPW KKSS),
Opa Naviz, Kok Anton, Muhammad Yusuf, Andi Agus, H. Tuti, dll.
Di Wanggarasi ini,
peserta gowes disugihi penganan tradisional ala Sulawesi Selatan, nasu bale
atau pallumara dan lawa’ paku. Selain itu udang goreng seukuran jempol kaki,
dan ikan bakar badeng ikut melengkapi menuh makan siang kami. Di atas rumah
panggu di pinggir empang, menambah nikmat dan lahap makan siang itu.
Wajah-wajah yang awalnya terlihat lusuh, kembali cerah setalah santap siang.
Inilah rute gowes MG2C
yang paling berkesan tahun ini. Rute yang dipilih oleh Ambo Tang Daeng Matteru
bersama pengurus BPD KKSS Pohuwato menambah catatan perjalan MG2C dalam missi
perdamaian dan silaturahmi. Selamat !!!,
semoga gowes tahun depan bisa lebih baik dan berkesan. ********