Apa arti sebuah nama ?, demikian
ungkapan yang sering kita dengar. Tapi tidaklah demikian bagi pemerintah dan
masyarakat Singapura, Negara tetangga kita yang sangat maju itu, rupanya “nama”
punya arti yang sangat penting. Ketika kita memberi nama salah satu kapal perang
kita dengan nama “USMAN-HARUN”, Pemerintah Singapura sangat tersinggung dan
keberatan. Alasannya; Usman dan Harun adalah teroris, yang melakukan pengeboman
terhadap sebuah bank bernama McDonald's House yang menewaskan tiga orang dan
melukai 22 warganya. Meski telah dijelaskan bahwa “dua Pahlawan Nasional” itu
bukanlah pelaku aksi terror. Sersan Usman Haji Mohamad Ali dan Kopral Harun
Said, adalah anggota Marinir yang menjalankan tugas negara, jadi tidak pantas
disebut sebagai “teroris” oleh pemerintah dan masyarakat Singapura. Tetapi
pihak Singapura tetap tidak bisa menerima.
SEBENARNYA, kitalah yang harus marah
dan tersinggung karena dua pahlawan bangsa itu disebut teroris oleh pemerintah
Singapura. Tetapi kita tidak mempersoalkannya, itu karena kita memahami arti memberi
maaf.
Pembelajaran apa yang dapat kita
petik dari kasus ini ? .
Menurt saya, setidaknya ada dua
hal yang membuat nama Usman Harun muncul menjadi masalah. Pertama, bahwa hubungan
diplomatic Negara-negara Asean sudah mulai tidak mesra lagi. Paling tidak,
kewibawaan forum ini sudah mulai pudar, mungkin karena kehilangan tokoh pemersatunya.
Ini terlihat, setiap ada perbedaan dan pertentangan antar anggota negeri
serumpun ini, sepertinya mengabaikan nilai-nlai kebersamaan dan saling
pengertian yang menjadi dasar berdirinya forum Negara-negara Asia Tenggara.
Negara-negara maju di kawasan ini ( sebut saja; Singapura dan Malaysia)
terkesan “memandang enteng” Negara tentangganya.
Kedua; mungkin pihak Singapura
tidak akan mempersoalkan pemberian nama “Usman-Harun”, jika nama itu diberikan
kepada salah satu kapal penumpang PT. PELNI. Menurt informasi, KRI Usman Harun
merupakan kapal patroli lepas pantai jenis korvet, yang memiliki peralatan
tempur yang lumayan baik. Kapal ini dilengkapi misil MBDA Exocet Block II
anti-ship serta VL MICA anti-air. Misil jenis Exocet mampu melesat hingga 72 km
dengan kecepatan 1,134 km per jam. Sementara, VL Mica mampu melesat hingga 80
km untuk menjatuhkan serangan pesawat tempur. Selain itu, Meriam Oto Melara
76mm menjadi kekuatan utama kapal ini, bertengger di dek bagian depan. Meriam
ini dapat digunakan sebagai pertahanan atas tembakan kapal lawan dan
menargetkan serangan udara. Senjata ini mampu menembakkan 110 butir amunisi
dengan jarak tembak sejauh 16 km. KRI Usman Harun juga dilengkapi sensor dan
radar jammer menjadi salah satu kelebihan lainnya. Thales Sensors Cutlass 242
dan Scorpion radar jammer ini mampu mencegah serangan dari kapal musuh. Dengan mesin
penggerak, empat MAN 20 RK270 dipasang di kedua sisi kapal, KRI Usman Harun
mampu melesat dengan kecepatan hingga 30 knot. Tiga kapal sejenis ini yang
dimili TNI Angkatan Laut merupakan buatan BAE Systems Marine di Inggris . Jadi
kemungkinan Singapuran keberatan bukan soal nama Usman Harun, tapi lebih kepada
kekhawatiran dengan keberdaan tiga kapal baru yang dimiliki oleh Angkatan Laut
RI tersebut.
Terlepas dari dua asumsi tersebut
di atas, sebaiknya kedua pemimpin Negara ini perlu membangun komunikasi yang
lebih elegan, dewasa dan saling menghargai. Tidak seperti sekarang ini, Perdana
Menteri Singapura menghapus Presiden SBY dari pertemanannya di FB. Sungguh sangat
kekanak-kanakan…!!!